Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan sekitar 60 juta anggota. Organisasi ini memiliki sejarah penting sebagai pengemban modernitas dalam Islam, yang tidak bisa dianggap enteng.
Berdirinya Muhammadiyah tidak lepas dari perjuangan seorang tokoh besar bernama K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri. Berikut ini adalah gambaran singkat tentang sejarah Muhammadiyah, tujuan dan perkembangannya di Indonesia.
BACA JUGA: Pengertian Pameran: Unsur, Jenis, Tujuan, Manfaat dan Fungsi
Sejarah Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912 atau 8 Zulhij 1330 H oleh K.H. Ahmad Dahlan setelah tiba dari Tanah Suci Mekkah di desa Cauman, Yogyakarta. KH. Nama asli Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darvis dan ia mewarisi ilmu yang diperolehnya selama belajar agama dengan para ulama di kediamannya selama berada di Mekkah.
Semoga KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Islam Muhammadiyah yang ingin memerangi dan memberantas praktik mistik dan mengentaskan kemiskinan pribumi akibat penjajahan Belanda.
Kata “Muhammadiyah” secara harfiah berarti orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad. Kata Muhammadiyah dimaksudkan untuk menghubungkan (mengikat) ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW.
Menurut H. Jarwani Hadikusuma, Muhammadiyah “Dan tujuannya adalah untuk memahami dan mengamalkan Islam sebagai ajaran dan teladan Nabi Muhammad sehingga ia dapat menjalani kehidupan duniawi selama yang ia inginkan. Oleh karena itu, ajaran Islam yang murni dan benar dapat menginspirasi kemajuan Islam dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.”
Nama Muhammadiyan awalnya diusulkan oleh seorang kerabat yang juga sahabat K.H. Dahlan yaitu Muhammad Sangidhu yang merupakan Kethib Anom Keraton Yogyakarta dan juga seorang pembaharu yang kemudian menjadi pimpinan Keraton Yogyakarta.
Usai melaksanakan shalat istikharah, K.Kh. Ahmad Dahlan memilih nama Muhammadiyah yang memiliki makna spiritual tinggi karena menganut tradisi kyay dan dunia pesantren.
Ahmad Dahlan berharap dengan diberi nama Muhammadiyah dapat membuat warga Muhammadiyah mengikuti Nabi Muhammad SAW dalam segala perkataan dan perbuatannya.
Pada tanggal 20 Desember 1912, organisasi ini mengajukan persetujuannya dengan mengirimkan Statuta Muhammadiyah atau Statuta Muhammadiyah yang pertama pada tahun 1912. Sementara itu, pengesahan dilakukan oleh Gubernur Jenderal Belanda A.W.F. Idenburg hanya pada 22 Agustus 1914. Hal itu tidak terlepas dari perjuangan enam tokoh pemuda, yaitu R. H. Sharqavi, H. Abdoelgani, H. Syul, H. Hisham, H. Fakhroddin, H. Tamimuudari dan K. H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri.
BACA JUGA: 22 Desain Dapur Minimalis Sederhana Yang Keren dan Cantik
1. Muhammadiyah Indonesia

Muhammadiyah adalah organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia. Pada tahun 2019, jumlah anggota organisasi ini mencapai 60 juta orang di seluruh wilayah Indonesia. Banyak pemimpin organisasi ini yang aktif terlibat dalam politik. Namun Muhammadiyah bukanlah organisasi politik, melainkan bergerak dalam kegiatan sosial dan pendidikan.
Prasejarah Muhammadiyah adalah ketika K.H. Ahmad Dahlan memahami bahwa masih banyak masyarakat yang menganut agama Islam dan terpengaruh oleh dampak mistik adaptasi masyarakat antara beberapa tradisi yang bertentangan dengan prinsip-prinsip yang berlaku.
Secara vertikal, Muhammad berkembang cukup pesat di seluruh negeri. Secara horizontal, kegiatan amal organisasi juga berkembang di berbagai bidang kehidupan. Perkembangan Muhammadiyah dalam bidang keagamaan dapat dinilai dengan terbentuknya Majlis Tarjih (1972). Majlis Tarji sendiri merupakan lembaga yang mempertemukan para ulama Muhammadiyah, yang secara rutin mengadakan diskusi, mengeluarkan fatwa di bidang keagamaan.
Perkembangan Muhammadiyah di Indonesia juga terlihat dari pesatnya pertumbuhan cabang dan jumlah mahasiswa baru di seluruh Indonesia. Lembaga yang telah terkubur seabad ini, sudah memiliki banyak lembaga pendidikan mulai dari SD/MI hingga perguruan tinggi. Hal ini membuat Muhammadiyah memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan pendidikan di Indonesia.
2. Ajaran Muhammadiyah

Ajaran Muhammadiyah berpusat pada Islam Sunni. Namun organisasi ini lebih menekankan pada otoritas Al-Qur’an dan Hadits sebagai hukum Islam tertinggi, yang berfungsi sebagai perwakilan hukum untuk interpretasi keyakinan dan praktik keagamaan. Kegiatan utama organisasi Muhammadiyah adalah untuk meningkatkan tanggung jawab moral masyarakat, untuk menyucikan iman mereka ke Islam yang baik dan benar.
Sedangkan secara teologis, Muhammadiyah menganut paham Salafi, yang menyerukan untuk langsung kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta pemahaman para imam salaf (generasi awal). Organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia ini mengambil warisan keilmuannya langsung dari ajaran Muhammad Rasid Ridha, Muhammad bin Abdul Wahab, serta dari para teolog abad pertengahan seperti Ahmad ibn Taymiyyah dan Ibn Qoyim.
Muhammadiyah tidak menentang sensitisme ketika Islam diintegrasikan dengan animisme dalam sejarah penyebaran Islam. Muhammadiyah juga tidak menentang tradisi tasawuf yang membolehkan seorang pemimpin sufi, atau biasa disebut syekh, menjadi otoritas formal atas umat Islam.
Muhammadiyah menerapkan dan mengamalkan pemahaman agamanya dalam kehidupan nyata. Ia menerapkan dalil akli dan nakli dalam praktik sosialisasi masyarakat, sehingga ia kini memiliki aset yang signifikan dalam pergerakan di bidang pendidikan, wajib militer, kemasyarakatan dan sebagainya.
pendiri Muhammadiyah

Sejarah Muhammadiyah tentunya tidak lepas dari pendirinya, K. H. Ahmad Dahlan. KH. Ahmad Dahlan adalah anak keempat dari tujuh bersaudara dalam keluarga K. H. Abu Bakar, seorang mubaligh terkemuka di Masjid Agung Kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri dari H. Ibrahim yang saat itu juga menjabat sebagai Kepala Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Ahmad Dahlan meninggal dalam usia 43 tahun di Yogyakarta dan dimakamkan di kawasan Karangkanjen. Sebelumnya KH. Ahmad Dahlan tinggal dan belajar secara bersamaan di Mekkah selama 5 tahun ketika dia pergi haji pada usia yang sangat muda yaitu 15 tahun.
Ahmad Dahlan belajar di bawah bimbingan Syekh Ahmad Khatib, yang juga guru K. H. Hasim Asyari, pendiri NU. Ia belajar selama dua tahun di Mekah bersama Syekh Ahmad Khatib. Hingga akhirnya K.Kh. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah.
Lahirnya Muhammadiyah juga merupakan interaksi antara K.H. Ahmad Dahlan bersama teman-teman dari Budi Utomo. Teman-teman dari Budi Utomo sangat tertarik dengan masalah agama yang diajarkan oleh K. H. Ahmad Dahlan.
Ide tersebut juga muncul atas usulan mahasiswa K.Kh. Ahmad Dahlan yang sering datang ke rumahnya menawarkan untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang digagas oleh Belyai dalam bentuk organisasi.
Selain H.Kh. Ahmad Dahlan memiliki beberapa tokoh yang sangat berpengaruh dalam organisasi Muhammadiyah, antara lain:
Buya Hamka adalah seorang tokoh yang lahir pada tanggal 6 Februari di Sumatera Barat. Buia Hamka aktif dalam organisasi ini ketika menghadiri kongres di Solo tahun 1928. Setelah itu, ia menjadi anggota PP Muhammadiyah dari tahun 1953-1971. Dalam kisah Buya, Hamka dipenjara. Di penjara, ia mampu menyelesaikan sebuah buku berjudul Tafsir Al Azhar. Buya Hamka juga pernah menjadi Ketua MUI pada 1980.
Ki Bagus Hadi Kusumo merupakan sosok yang menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah berdirinya Muhammadiyah. Selain itu, beliau juga pernah menjadi anggota BPUPKI. Ia juga menjadi salah satu tokoh yang turut serta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ki Bagus Hadi Kusumo lahir pada 24 November 1890 dan meninggal pada 3 September 1954. Ki Bagus adalah sosok yang mencetuskan kalimat yang terkandung dalam sila pertama Pancasila, yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
- prof. dr. H. Moh. Amin Rais
prof. dr. H. Moh. Amin Rais dikenal sebagai bapak Reformasi sejak tahun 1998. Amin Rais pernah menjadi Asisten Ketua ICMI dan Ketua Dewan Pakar PCMI dari tahun 1951-1955. Dia berhasil mendapatkan gelar doktornya di Universitas Chicago dengan nama Ikhwanul Muslimin di Mesir tahun 1981..
- dr. Dr Ahmad Vatic Pratikno
dr. Dr Ahmad Vatic Pratikno adalah seorang dokter dan pengkhotbah yang hebat. Lebih dikenal sebagai Vatik, ia pernah menjadi anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah dari 1985 hingga 1990. Pada Muktamar Muhammadiyah ke-42 yang diselenggarakan di Yogyakarta, ia terpilih kembali sebagai anggota. Pada kongres tersebut, Dr. Vatik juga terpilih kembali sebagai koordinator pendidikan.
BACA JUGA: Arti Nolep Beserta Ciri, Kegunaan dan Cara Mengatasinya
Tujuan Organisasi Muhammadiyah

Mengetahui sejarah lengkap Muhammadiyah, organisasi Muhammadiyah harus mencapai tujuan berikut:
- Menjunjung tinggi dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam untuk mencapai masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
- Melindungi Islam dari Serangan dan Pengaruh Luar
- Pemurnian Islam di Indonesia dari pengaruh dan praktik non-Islam
- Untuk merumuskan kembali ajaran dan pendidikan Islam.
- Merumuskan kembali ajaran Islam dengan menggunakan pandangan dunia modern.
Setelah NU, Muhammadiyah berhasil menjadi organisasi terbesar kedua di Indonesia. Sebagaimana dijelaskan di atas, Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912. Muhammadiyah telah berperan penting dalam pendidikan di Indonesia, terbukti dengan banyaknya lembaga pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Ingin punya bulan tanpa repot? aplikasi super keputusan! Mulai dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan rumah tangga ada. Selain harga yang murah, Sedulur juga bisa merasakan kenyamanan berbelanja dengan ponsel. Anda tidak perlu keluar rumah, produk Anda akan langsung dikirim. Ayo, unduh aplikasinya di sini Sekarang!
Bagi Anda yang memiliki toko kelontong atau kios, Anda juga dapat berbelanja dalam jumlah banyak atau grosir melalui aplikasi super. Harga dijamin lebih murah dan keuntungan akan lebih tinggi. Segera restock toko anda di sini baru saja!