Seorang jenderal bintang 5 adalah pangkat tertinggi di dunia militer. Gelar ini hanya diberikan kepada tokoh-tokoh yang berjasa besar bagi negara dan satuannya. Dengan demikian, pangkat jenderal bintang 5, laksamana, dan mayor marshal adalah jabatan yang tidak bisa diperoleh dengan mudah oleh seorang perwira tinggi di TNI atau Polri.
Namun, dalam catatan sejarah nusantara. Ada tiga tokoh besar di Indonesia yang mendapat peringkat tertinggi ini. Keberhasilan mereka dalam memberikan keamanan dan perjuangan sampai titik darah penghabisan adalah salah satu alasan untuk menerima posisi ini. Lalu siapa mereka? Yuk simak informasinya berikut ini!
BACA JUGA: 9 anggota panitia dan tugasnya di BPUPKI
Jenderal bintang 5 di Indonesia
Bicara soal jenderal bintang 5 di Indonesia, jangan asal-asalan. Hal ini karena para jenderal tidak hanya mencurahkan seluruh jiwa dan tenaganya untuk membela negara, tetapi juga menjunjung tinggi kehormatan negara agar tidak diganggu oleh pihak lain.
Berikut ini adalah sosok-sosok Indonesia yang mendapat pangkat jenderal bintang 5 yang patut diketahui Brothers.
1. Jenderal Soedirman
Salah satu tokoh Indonesia yang menyandang pangkat jenderal bintang lima adalah Jenderal Soedirman. Jenderal Soedirman adalah seorang perwira yang mendapat pangkat ini di usia yang cukup muda, yakni pada usia 30 tahun. Tidak hanya itu, Jenderal Soedirman juga merupakan salah satu Pahlawan Revolusi Nasional Indonesia karena semua jasanya untuk kemerdekaan Indonesia.
Jenderal Sudirman sendiri lahir pada tanggal 24 Januari 1961 di desa Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah. Ia lahir dari keluarga sederhana, dimana ayahnya hanya seorang pekerja di pabrik gula Kalibaghor di Banyumas. Sedangkan ibunya adalah keturunan Weda Rembang.
Soedirman bersekolah di Sekolah Taman Siswa. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di HIK (Sekolah Pendidikan) Muhammadiyah, Solo. Namun, penelitian ini belum selesai. Selama belajar di sana, ia ikut aktif dalam kegiatan organisasi pramuka “Hizbul Watan”. Ia kemudian menjadi guru di Sekolah HIS Muhammadiyah di Chilakapa. Jenderal Soedirman kemudian mengabdikan dirinya untuk bekerja sebagai guru di HIS Muhammadiyah, Chilakap, dan sebagai pembimbing organisasi kepanduan Hizbul Watan.
Pada masa penjajahan Jepang, Soedirman bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di wilayah Bogor. Setelah Indonesia merdeka, ia berhasil merebut senjata tentara Jepang di Banyumas. Soedirman kemudian ditugaskan sebagai komandan batalyon di Kroya setelah menyelesaikan pelatihannya. Ia kemudian menjadi Panglima Divisi V/Banyumas setelah terbentuknya TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan akhirnya terpilih menjadi Panglima TNI.
Perang Palagan-Ambarava melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda dari bulan November sampai Desember 1945 merupakan perang besar pertama yang dipimpin oleh Jenderal Soedirman. Karena berhasil memenangkan pertempuran, Presiden Sukarno mengangkatnya menjadi jenderal.
Soedirman meninggal pada tanggal 29 Januari 1950 karena penyakit TBC yang parah. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusum Negara di Semaki, Yogyakarta. Pada tahun 1997, ia dianugerahi pangkat jenderal secara anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dipegang oleh tiga jenderal di Indonesia sejauh ini.
BACA JUGA: Ketahui definisi chamomile, tujuan dan dampaknya
2. Abdul Haris Nasution

Abdul Haris Nasution adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang menjabat sebagai Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (APRI) pada tahun 1948. partisan.
Abdul Haris Nasution atau A.H. Nasution lahir di Desa Hutapungkut, Kotanopan, Sumatera Utara pada 3 Desember 1918. Nasution merupakan anak kedua dari pasangan H. Abdul Halim Nasution dan H.J. Zahara Lubis. Ayahnya adalah seorang pedagang tekstil, karet, kopi dan juga anggota Sarekat Islam. Oleh karena itu, tidak heran jika Pak Nas, demikian ia biasa disapa, tumbuh dalam keluarga muslim yang sangat taat.
Setelah Indonesia merdeka, pemerintah membentuk Tentara Keamanan Rakyat. Nasution menjabat sebagai Kepala Staf Panglima TKR I/Jawa Barat dengan pangkat Kolonel.
Saudara-saudara harus tahu bahwa E.H. Nasution merupakan salah satu target penculikan dalam peristiwa G30S PKI. Meski berhasil meloloskan diri dengan memanjat tembok, anak bungsunya, Ade Irma Suryani, harus tewas akibat peluru terkenal yang ditembakkan pasukan Chakrabirawa. Seorang asisten Nasution bernama Pierre Tendin juga menjadi korban peristiwa G30S karena mengaku sebagai Nasution di pasukan Chakrabirawa. Maka Pierre dan beberapa tahanan lainnya dibawa ke Lubang Buaya.
Pada HUT ABRI 1997, Nasution diberi pangkat kehormatan Mayor Jenderal, seperti Soeharto dan Jenderal Soedirman. Nasution meninggal pada 6 September 2000 setelah menderita stroke dan koma. Kemudian A.H. Nasution dimakamkan di pemakaman para pahlawan Qalibat di Jakarta.
BACA JUGA: Arti dan Penjelasan Lengkap dari Simbol Perintah ke-3
3. Suharto

Sedulur tentu tidak asing dengan nama Suharto. Presiden ke-2 Republik Indonesia merupakan Presiden dengan masa jabatan terlama yaitu 23 tahun. Suharto adalah anak dari pasangan Kertosudiro dan Sukira. Ayahnya adalah seorang petani dan juga asisten kepala desa dalam mengairi sawah desa. Suharto lahir pada tanggal 8 Juni 1921 di desa Kemusuk, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selama tahun-tahun sekolahnya, Suharto berpindah sekolah beberapa kali. Setelah lulus SMA, Soeharto ingin melanjutkan sekolah ke SMA. Namun karena keterbatasan dana, ia harus mengurungkan niatnya tersebut. Saat beranjak dewasa, Soeharto terpilih sebagai prajurit teladan di Sekolah NCO di Gombong, Jawa Tengah pada tahun 1941. Ia resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945.
Nama Suharto melejit setelah peristiwa Gerakan 30 September atau munculnya yang kita kenal dengan G30S PKI. Dalam peristiwa ini, Suharto langsung mengamankan situasi di Jakarta karena jenderal-jenderal TNI tewas setelah diculik dalam waktu singkat.
Pada Maret 1966, Soeharto menerima Orde 11 Maret yang lebih dikenal dengan Supersemar. Surat itu datang dari Presiden Soekarno melalui tiga jenderal, yakni Basuki Rahmat, Amir Mahmud dan Muhammad Yusuf. Di Supersemar, Soeharto diberi mandat untuk memulihkan keamanan dan ketertiban negara setelah peristiwa yang melanda G30S PKI pada 1 Oktober 1965.
Dengan surat ini, Suharto atas nama Presiden Sukarno membubarkan Partai Komunis Indonesia (CPI) dan organisasi-organisasi bawahannya pada tanggal 12 Maret 1966.
Namun, hingga saat ini Supersemar masih menjadi misteri karena naskah aslinya belum pernah ditemukan. Meski demikian, popularitas Suharto melejit setelah Supersemar. Suharto menjabat sebagai presiden dari tahun 1968 sampai sidang MPRS dan mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998 setelah demonstrasi besar-besaran menuntut jatuhnya Suharto dari kekuasaan.
Setelah pensiun, Soeharto beberapa kali dirawat di rumah sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya pada 27 Januari 2008 di Rumah Sakit Pertamina Jakarta. Soeharto kemudian dimakamkan di Astana oleh Giri Bangun, Solo, yang masih satu kompleks dengan pemakaman istrinya, Ibu Tien (Siti Khartina).
BACA JUGA: Feodalisme: definisi, sejarah, karakteristik dan sistem
Jenderal bintang 5 di dunia
Bukan hanya di Indonesia saja kedudukan seorang jenderal bintang 5 begitu tinggi. Di beberapa negara lain, peringkat tertinggi ini juga hanya diberikan kepada seseorang yang berperan besar dalam berbagai peristiwa penting dunia. Siapa sajakah orang-orang di peringkat jenderal bintang 5 di dunia? Yuk simak informasinya berikut ini!
1. Douglas MacArthur

Douglas MacArthur adalah seorang jenderal dari Amerika Serikat. Lahir di Arkansas pada 26 Januari 1880, Douglas dikenal sebagai panglima tertinggi pasukan Sekutu, yang mengembangkan strategi luar biasa selama Perang Dunia II di front Pasifik.
Jenderal MacArthur juga memimpin pasukan terkoordinasi PBB selama Perang Korea. Dari perang ini, kemudian Korea dibagi menjadi 2, Korea Selatan dan Korea Utara
2. White David Eisenhow

Jenderal David menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat AS dari 19 November 1945 hingga 6 Februari 1948. Dia juga Presiden Amerika Serikat ke-34, lahir di Texas pada 14 Oktober 1880, dan meninggal di Washington, DC. 28 Maret 1969
Pada Juli 1942, Eisenhower menjadi panglima tertinggi angkatan bersenjata dan mengawasi beberapa misi seperti Operasi Obor, invasi Sekutu ke Afrika Utara pada November 1942, dan berakhir dengan sukses pada Mei 1943.
Demikian informasi mengenai profil dan biografi jenderal bintang 5 di Indonesia maupun di dunia. Di Indonesia sendiri, ada 3 nama besar yang pernah menerima jenderal bintang 5, antara lain Jenderal Sudirman, Suharto dan A.H. Nasution.
Ingin menghabiskan sebulan tanpa menggunakan kompleks? aplikasi super larutan! Mulai dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan rumah tangga ada. Selain harga yang murah, Sedulur juga bisa merasakan kenyamanan berbelanja dengan ponsel. Anda tidak perlu keluar rumah, produk Anda akan langsung dikirim.
Bagi Anda yang memiliki toko kelontong atau kios, Anda juga dapat berbelanja dalam jumlah besar atau grosir melalui aplikasi super. Harga dijamin lebih murah dan keuntungan akan lebih tinggi.